Kamis, 31 Mei 2018

TOR

Term of Reference Peliputan Budaya Menikah di Usia Remaja di Kota Jabodetabek Guna memenuhi tugas Dasar-Dasar Jurnalistik A. LATAR BELAKANG Menikah muda kerap memunculkan polemic di lingkungan masyarakat. Baik secara sosial maupun agama. Apabila pernikahan muda terjadi d daerah-daerah pelosok Indonesia dengan latar belakag ekonomi atau pendidikan sudah biasa kita temukan atau menjadi pemberitaan media. Lain halnya dengan apa yang terjadi di kota besar di Indonesia, khususnya di Ibu kota Jakarta. Beberapa tahun belakangan ini, fenomena menikah muda di Jakarta sudah tidak asing lagi kita jumpai. Dari anak public figure hingga orang-orang disekitar kita. Di Nigeria,india bahkan Lebanon yang memiliki angka pernikahan usia dini cukup tinggi sendiri sudah lama melangsungkan siklus jahat seperti ini dikarenakan ekonomi bahkan juga dengan alasan keamanan. Lantas apa yang menyebabkan banyak anak muda di Jakarta yang berani mengambil keputusan untuk menikah muda bahkan belum sempat memasuki dunia kerja atau melanjutkan pada tahap pendidikan selanjutnya yang notabene Jabodetabek bukan daerah konflik bahkan mereka yang menikah di usia muda bukan hanya berasal dari keluarga yang berada di bawah garis kemiskinan. Di depok saja, menurut data survey Badan Pusat Statistik (BPS) Kota Depok tahun 2017, sebanyak 27,87 persen dari total jumlah pernikahan di Depok merupakan angka persentase pernikahan dini yakni yang dilakukan remaja di bawah usia 17 tahun. Pernikahan anak di usia remaja pastinya belum diimbangi dengan kesiapan secara prikologis, kemampuan financial secara jangka panjang dan juga bahkan kesehatan reproduksi. Angka itu meningkat dibandingkan tahun 2016 yang hanya 11,77 persen. Factor utama meningkatnya pernikahan di usia remaja di kota besar ini juga tak lain adalah kehamilan yang tidak diinginkan dengan jalan keluar yaitu menikah. Belum lagi, batas usia pernikahan yang masih menjadi perdebatan alot setiap kali ada pemberitaan seornag anak menikah di usia remaja. Ditambah gerakan “Indonesia tanpa Pacaran” yang diusung La Ode Munafar sejak September 2015 menjadi bumbu lain yang mungkin saja disalah artikan oleh banyak remaja di Indonesia. Alih-alih mengajak remaja untuk tidak berpacaran dan menghindari pergaulan bebas, menikah muda bisa menjadi solusi. Gerakan ini jelas bertujuan untuk membentuk opini remaja melalui media sosial untuk menghindari pacaran.konten dari penceramah dalam gerakan ini adalah menganjurkan anak muda untuk segera menikah. Sekilas tidak ada yang salah dengan gerakan ini. Namun apabila cara yang dilakukan mengajak anak muda untuk lebih produktif di usia muda seharusnya gerakan seperti ini tidak termasuk factor tingginya angka pernikahan di usia remaja khususnya di kota besar. Berdasarkan keresahan yang melatar belakangi saya untuk mengangkat topic ini dari sudut pandang lain sebagai bahan peliputan guna memnuhi tugas DDIJ. Adanya factor pesatnya perkembangan tekhnologi khususnya dalam penggunaan media sosial. Gerakan seperti Indonesia Tanpa Pacaran pun digaungkan pada banyak media sosial yang mampu menarik ribuan anggota untuk turut berpartisipasi dalam gerakan ini. Ditambah lagi, foto-foto yang diunggah di sosial media yang menunjukan kemesraan sesudah menikah terlihat lebih baik menjadi doktrin tersendiri bagi anak remaja yang menerima mentah-mentah informasi apapun dari sosial media. Adalagi satu budaya yang mengganjal benak saya, yaitu tren bridal shower yang belakangan ini menjadi tren khusunya sebagai pengisi feed Instagram yang hanya menunjukan berkumpulnya teman-teman dekat dalam acara pernikahan. Lalu pertanyaannya adalah, siapa yang tidak menginginkan dikelilingi orang tersayang pada saat menikah? Pertanyaan tersebut wajar terlintas di usia orang dewasa. Tapii bagaimana jika anak remaja yang berfikir demikian? Bergesernya peyebab tingginya pernikahan di usia reaja khusunya di kota besar menarik menjadi bahan peliputan tugas DDIJ saya. B. Angle Factor ekonomi dan pendidikan bukan lagi penyebab utama tingginya angka pernikahan di usia remaja. Melainkan, doktrin mengenai menikah muda, perkembangan tekhnologi komunikasi khususnya dalam penggunaan media sosial. C. Narasumber Kepala Subbidang Kesejahteraan Masyarakat Bappelitbang Kota Depok Anggota dari Gerakan Idonesia Tanpa pacaran Remaja yang sudah menikah. D. Daftar pertanyaan Kepala Subbidang Kesejahteraan Masyarakat Bappelitbang Kota Depok 1. Seberapa tingginya angka pernikahan usia muda di depok dari tahun ke tahun? 2. Penyebab utama dari mereka yang menikah muda? 3. Bagaimana dengan angka perceraian di kota depok, apa didominsai dengan adanya perikahan di usia muda? Anggota dari Gerakan Idonesia Tanpa pacaran 1. Apa yang melatar belakangi anda turut berpartisipasi dengan gerakan Indonesia Tanpa Pacaran ini? 2. Setelah bergabung, lantas inginkah anda menikah di usia remaja? 3. setuju atau tidak bahwa sebetulnya gerakan ini mempromosikan nikah muda? 4. Seberapa banyak dari anggota yang bergabung dari lingkup jabodetabek? Remaja yang sudah menikah. 1. Apa yang berani membuat anda berani mengambil keputusan menikah di usia muda? 2. Apa pekerjaan suami anda? 3. Siapkah anda memiliki anak? (jika tidak MBA) 4. bagaiman reaksi orang tua ketika anda memutuskan menikah? 5. Bagaimana kelanjutan pendidikan anda? 6. Akan bekerjakah atau hanya menjadi ibu rumah tangga? 7. Bagaimana pandangan anda terhadap gerakan Indonesia Anti pacaran? 8. Apa yang terlintas di benak anda, ketika melihat ajakan untuk menghalalkan segera dibandingkan mendekati zina?

Selasa, 29 Mei 2018

sumber : RRI FM 88.8 MHz Pagi ini terjadi tiga ledakan di tiga Gereja berbeda di Surabaya// ledakan terjadi pukul tujuh tiga puluh pagi di Gereja Santa Maria di jalan Ngagel/ ledakan kedua pukul tujuh tiga puluh lima di Gejera Kristen Indonesia/ dan ledakan terakhir terjadi pukul tujuh empat puluh di sebuah Gereja di jalan Arjuna// Data sementara ada empat korban tewas di Gereja Santa/ Dua di GKI Diponegoro dan dua di Gereja jalan Arjuna dengan total belasan korban luka// Kabid humas polda jatim, Frans Barung Manger menghimbau / media dan masyarakat memberikan waktu untuk polisi dapat mengidentifikasi secara pasti jumlah korban/ motif dan juga pelaku peledakan bom bunuh diri tersebut// Polisi bersenjata lengkap maupun yang berpakaian preman masih terlihat berjaga di tiga titik terjadinya ledakan bom bunih diri/// Di tulis pada 13-05-2018 sesuai dengan terjadinya bom di Surabaya. guna memenuhi tugas Dasar-Dasar Jurnalistik